Lelapnya Progo
Pasar Senen – Lempuyangan, dapat tiket 30 menit sebelum keberangkatan dengan harga Rp. 50.000,00. Seperti rencana awal ke Jogja naik kereta dengan harga gocap, tapi karena telat pesan tiket akhirnya Plan B pun dijalankan, niatnya akan berangkat ke Terminal Kampung Rambutan diantar teman namun karena kemarin ada pembukaan Pameran Foto di kampus dia pun tak bisa mengantarkanku. Sekaligus ditinggal dengan tante Sofia dan Om Adon yang akan pergi menonton film di bioskop *biasalah ya namanya juga orang pacaran*.
Aku mengambil ponselku lalu membuka aplikasi Tiketing Online, tidak sesuai harapan semua tiket untuk malam ini sudah habis terjual, lengkap sudah ke-PANIK-anku. Selesai shalat maghrib aku nekad ke Stasiun Pasar Senen berharap Tuhan bersamaku malam itu, 2 jam di KRL membuatku tertidur, sesampainya disana tiket habis. Ada beberapa orang juga sedang berharap ada orang yang membatalkan tiketnya malam ini. Setahuku, malam ini ada Kereta Progo berangkat pukul 22:30, dan aku baru mendapatkannya dari seorang bapak yang berbaik hati memberikan tiketnya untukku. Ah, semalam saya merasa dipeluk Tuhan. Rasanya ingin menangis bahagia, bagaimana tidak aku sudah berjuang sendiri dengan melawan rasa takutku semalam, perempuan sendiri dengan rasa optimis yang tinggi bahwa nanti mendapatkan tiket dari seorang dari luar sana, aku rasa bapak yang memberikan tiketnya kepadaku adalah malaikat yang diutus Tuhan karena merasa kasihan melihat perjuanganku malam itu *lebay? Halah bodo amat yang penting sampai Jogja tjooy* Aku mendapatkan kursi 5C digerbong 5, itu tandanya kursinya seat 3 ampun pasti penuh dan ternyata memang betul. Orang-orang masuk dan langsung menempati kursinya masing-masing, tak ada penumpang yang mencurigakan seperti ceritaku diawal , kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak. Awalnya, semua terasa biasa-biasa saja, tapi 15 menit setelah pengecekan tiket oleh petugas kereta semuanya berubah. Bapak-bapak itu lantas menggelar lembaran koran di lantai kereta, mereka tidur dengan ala kadarnya. Padahal sudah tertulis jelas ada larangan tidak boleh tidur di lantai kereta, tapi ya namanya juga orang Indonesia peraturan hanya sebuah peraturan. Kalau kata aku, peraturan wajib kita langgar karena sesuatu yang menantang itu lebih seru. Tak lupa juga mereka membawa bantal angin yang sudah disiapkan sebelumnya. Petugas dan pelayan yang melihat kejadian itu hanya bisa melewati tubuh mereka tanpa berani menegur untuk membangunkan karena tindakanya membuat lorong kereta tak bisa untuk berjalan.
Aku mengambil ponselku lalu membuka aplikasi Tiketing Online, tidak sesuai harapan semua tiket untuk malam ini sudah habis terjual, lengkap sudah ke-PANIK-anku. Selesai shalat maghrib aku nekad ke Stasiun Pasar Senen berharap Tuhan bersamaku malam itu, 2 jam di KRL membuatku tertidur, sesampainya disana tiket habis. Ada beberapa orang juga sedang berharap ada orang yang membatalkan tiketnya malam ini. Setahuku, malam ini ada Kereta Progo berangkat pukul 22:30, dan aku baru mendapatkannya dari seorang bapak yang berbaik hati memberikan tiketnya untukku. Ah, semalam saya merasa dipeluk Tuhan. Rasanya ingin menangis bahagia, bagaimana tidak aku sudah berjuang sendiri dengan melawan rasa takutku semalam, perempuan sendiri dengan rasa optimis yang tinggi bahwa nanti mendapatkan tiket dari seorang dari luar sana, aku rasa bapak yang memberikan tiketnya kepadaku adalah malaikat yang diutus Tuhan karena merasa kasihan melihat perjuanganku malam itu *lebay? Halah bodo amat yang penting sampai Jogja tjooy* Aku mendapatkan kursi 5C digerbong 5, itu tandanya kursinya seat 3 ampun pasti penuh dan ternyata memang betul. Orang-orang masuk dan langsung menempati kursinya masing-masing, tak ada penumpang yang mencurigakan seperti ceritaku diawal , kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak. Awalnya, semua terasa biasa-biasa saja, tapi 15 menit setelah pengecekan tiket oleh petugas kereta semuanya berubah. Bapak-bapak itu lantas menggelar lembaran koran di lantai kereta, mereka tidur dengan ala kadarnya. Padahal sudah tertulis jelas ada larangan tidak boleh tidur di lantai kereta, tapi ya namanya juga orang Indonesia peraturan hanya sebuah peraturan. Kalau kata aku, peraturan wajib kita langgar karena sesuatu yang menantang itu lebih seru. Tak lupa juga mereka membawa bantal angin yang sudah disiapkan sebelumnya. Petugas dan pelayan yang melihat kejadian itu hanya bisa melewati tubuh mereka tanpa berani menegur untuk membangunkan karena tindakanya membuat lorong kereta tak bisa untuk berjalan.
Tumbennya kereta on time, sampai di Lempuyanagn aku dijemput teman perjalananku selama berada di Jogja📷
Komentar
Posting Komentar