Padamu, Pulangku.



Perjalanan ini mengantarkanku tentang arti sepi, tentang kita yang berhenti sejenak. Ini tentang kita, tentang kesibukanmu dan rutinitasku, tentang hubungan yang berjarak, tentang cemburu, tentang rindu dan rahasia-rahasia yang masih menjadi teka-teki hingga kini. Belum bisa aku simpulkan jeda yang terjadi sekarang.

Aku bertanya-tanya, bahkan setelah aku mendengar ucapan dari orang yang melahirkanmu lewat telepon, dan mengatakan jika kau tertidur karena sudah malam.
Sayang, benarkah kau berubah? Aku memahamimu sejak kita puber, hampir 4 tahun kita bersama dan baru sekarang seperti ini. Manis pahitnya hubungan ini sudah kita sesap bersama, kita diskusikan semua berdua tapi entah mengapa setelah hubungan kita berjarak beratus kilometer semua berubah

Tidak mudah bagiku membaca ini semua, situasi dan teka-teki darimu. Sayang, mengapa kau begitu rumit?

“Lama aku menelan hari-hari yang kau sebut sepi. Dan akhirnya aku menemukan makna lain, bahwa sepi tidak lagi berbicara perihal rasa hampa. Tapi aku, memaknai sepi sebagai perjalanan pergi dari cerita-cerita patah hati yang masih berdiri. Ah sebab sepi juga bisa mengunci rindu dan membunuh gairah cemburu pada siapapun. Seperti sepiku yang mampu menyeret tajam matamu dari detak-detak waktuku, dan menyuci rona senyummu dari kenangan-kenangan yang akan ku rapihkan hari ini juga. Maaf sayang, karena sepi juga unggul menumpulkan rasa menjadi tawar.” – Inggri D.R.

Percayalah aku rindu kebiasaan-kebiasaan kecil kita, jauh disana mungkin kamu sedang memaksa atau dipaksa sibuk dengan pekerjaanmu, sebelum ini mungkin sering terucap dari mulutku menyuruhmu menyibukkan diri akan pekerjaan dan merubah ritme hidup agar lebih teratur, tapi aku lupa mengingatkan bahwa aku butuh kamu, pulangku.

Disini, tempat yang jauh dari ranjang tidurmu yang hangat aku merindu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngapain Traveling ke Pulau Dewata?