‘Selow’ Ketar-ketir Bernapas di 22 Mei 2019

Aksi Damai baru saja membungkam Jakarta sementara waktu, mereka yang melabeli dirinya tengah berjihad di jalan Tuhan dan membela ‘kebenaran’ nyatanya justru menciptakan demonstrasi rusuh di Jalan MH Thamrin. Merusak kawat pembatas, menjebol gerbang Bawaslu, menjarah toko kelontong, melempari aparat dengan batu, petasan dan cacian hingga merusak berbagai insfrstruktur. Naas!

Manusiakah mereka?

Masih humaniskah mereka menjadi human?

Apa lupa caranya memanusiakan manusia?

Semua orang cemas jika sampai terjadi kejadian yang tidak dikehendaki terjadi, khawatir jika sanak saudara terlibat atau bahkan terkepung tidak bisa keluar dari lingkaran demonstran. Banyak orang lebih memilih diam di rumah, mengunci rapat-rapat rumah mereka takut kerusuhan menyusup lewat cela-cela yang luput terjaga.

Tapi bisakah kerusuhan yang ditimbulkan sejak dini hari pada 22 Mei bisa dijalani dengan ‘selow’, seolah Jakarta, tanah rantau yang sedang saya sayang-sayangi karena mau nggak mau harus balik lagi kesini sedang tidak baik-baik saja?

Jawabannya, bisa!

Tapi apakah itu berlaku bagi mereka yang memiliki luka atas tragedi 98? Sepertinya tidak. 21 tahun yang lalu mereka mengalami sendiri, dan kemarin 22 Mei mereka melihat kembali (meskipun dalam batas skala kecil).

Kepada mereka yang katanya berjalan di jalan Tuhan dan menggaungkan akan melumpuhkan rezim sekarang, apakah sudah benar? Kepada semua yang turun ke jalan atas nama kebenaran, sadarkah kalau kemarin-kemarin yang kau beri makan terus menerus hanya ego! Tubuh tidak hanya berisi cairan dan darah, ada ego yang menguasai. Kuasai ego kalian atau tubuh sepenuhnya dikuasai ego.

Duh, entah apa rasanya mereka yang berjuang di jalan Tuhan dengan terus memberi nafkah untuk ego. Saya pernah dikuasai ego atas nama cinta yang kemudian sadar dan mengalah, yang membuat saya lupa akan realitas sebenernya. Lalu kemudian berdamai dengan diri sendiri dan perbaiki. Saya pikir Tuhan punya stok maaf berlimpah untuk memaafkan kesalahan saya, meskipun semua tahu Tuhan juga menciptakan neraka.

Lalu, selow seperti apa yang dilakukan saat 22 Mei kemarin? Ya, bekerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngapain Traveling ke Pulau Dewata?